"without music, life would be a mistake"
-# #-


English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

[GET MORE ALBUM]


Search By Alphabet:
(0-9)
A
B
C
D
E
F
G
H
I
J
K
L
M
N
O
P
Q
R
S
T
U
V
W
X
Y
Z

Kehadiranmu Setelah Kepergianmu

3 Years of Blogging Giveaway Penghuni 60

Cahaya lampu dalam studio mendadak berkedip-kedip. Sound system juga mengalami mati total. Iwan dan aku masih belum mengerti dengan apa yang terjadi saat ini. Tapi tidak berlangsung lama, aku terkejut setengah mati saat aku lihat sosok perempuan berbaju putih tiba-tiba muncul di belakang Rido yang masih duduk di atas kursi drumnya. Aku ingin teriak, namun mulutku seakan-akan terbungkam tak bisa mengucapkan sepatah kata pun. Aku hanya bisa menunjuk-nunjukkan jari telunjukku ke arah belakang Rido dengan tubuh gemetaran.

“Kamu kenapa sih Ram? kok mukamu pucat pasi gitu, kayak orang ngliat hantu aja..” tanya Iwan keheranan.
“I..i..i. itu Wan” akhirnya keluar juga sepatah kata dari mulutku.
“Ada apaan sih, ada apa emangnya dengan Rido?” tanya Iwan lagi.

Rido yang melihat aku menunjuk-nunjuk ke arah dia jadi ikutan kebingungan.

“Wan, Ram, ada apa sih kalian nunjuk-nunjuk ke gue?” tanya Rido.

Sementara itu, belum sempat aku menjawab pertanyaan Rido, mendadak sosok putih itu menghilang. Rido bangkit dari tempat duduknya dan menghampiri kami.

“Eh, kalian lagi pada kenapa sih? Kamu lagi Ram, ngliatin aku kok kayak ngliat hantu aja.”
“Tau gak Do, aku barusan ngliat hantu itu lagi”
“APAAA!” teriak Rido hampir bersamaan dengan Iwan.
“Iya, tepat di belakang kamu Do, makanya aku tadi sempat gemetaran kan...”

“Maksud kamu, hantunya Sheila?” tanya Iwan sedikit berbisik.
“Iya Wan.. meskipun aku gak terlalu jelas melihat mukanya, tapi aku yakin itu adalah Sheila.”
“Waduh, gawat, kalo kayak gini terus sih, bisa-bisa kita bakalan gagal manggung nih, abisnya setiap kali kita latihan, Sheila selalu aja muncul mengganggu kita.” keluh Iwan.

Memang benar, ini adalah untuk yang ketiga kalinya kami di ganggu oleh hantu Sheila saat sedang latihan. Entah kenapa arwah Sheila bisa penasaran gitu ya. Padahal sewaktu dia masih hidup, kami tak pernah menyimpan masalah apapun dengannya. Bahkan aku teramat kehilangan dia. Akh, mengapa dia harus pergi secepat itu? Saat bunga-bunga cinta ini mulai bersemi di antara kita. Tak terasa, pikiranku terbang melayang memutar waktu saat sebelum kejadian itu berlangsung.

Siang itu, 60 menit berlalu tanpa terasa, sementara yang aku tunggu-tunggu belum juga muncul. Penghuni langit mulai tak ramah. Awan-awan hitam mendung mulai mengumpul menjadi satu. Kilatan cahaya terlihat menyambar di kejauhan sana, tepat di balik awan yang benar-benar hitam kelam. Aku sudah tidak sabar lagi. Kuraih ponsel dibalik bajuku. Kucari namamu di antara puluhan contact. Akan tetapi..

“Maaf, nomor yang anda hubungi sedang tidak aktif atau berada diluar jangkauan”

Selalu saja ucapan itu yang aku dengar saat aku menelponmu.

“Sheila, kamu dimana, gak biasanya kamu seperti ini..”

Rasa cemas bercampur dengan gelisah semakin menjalari pikiranku. Aku tau aku yang salah. Tak sepantasnya tadi malam aku membentakmu. Tak sepantasnya aku menyalahkanmu. Karena sebenarnya kamu tak pernah tau apa yang sedang aku hadapi ini. Malam itu pikiranku lagi kacau. Apa yang terjadi dalam keluargaku membuatku hampir hilang kendali. Keributan yang di buat oleh Mama dan Papa telah sanggup mengobarkan amarah di dadaku kala itu. Aku menyesal kenapa aku harus melampiaskannya kepadamu. Sekali lagi maafkanlah aku Sheila. Aku tidak bermaksud apa-apa.

Tiba-tiba, lamunanku buyar saat terdengar suara lembut memanggilku dari kejauhan.

“RAMAAA !!”

Aku menoleh. Nampak di kejauhan terlihat seorang gadis manis berlari-lari kecil menghampiriku. Melihat hal itu aku segera bangkit dari tempat dudukku.

“Soriii, kelamaan nunggu ya?” ucapmu sembari meraih tanganku lalu digenggamnya erat. Senyum manismu telah sanggup menyihirku sesaat itu, hingga segala rasa cemas dan gelisah pun memudar begitu saja. Segera saja aku tarik tubuhmu ke dalam pelukanku.

“Sheila, aku cemas tau gak...” bisikku.
“Maafin aku ya.. kamu gak marah kan?”

Kau lepas pelukanku, dan memasang muka memelas, sementara genggaman jemarimu semakin erat,. “Kamu gak marah kan...?”

“Iya sayang, aku gak marah kok.”
“Makasih ya, udah setia menungguku disini. Tapii..”
“Tapi apa Sheil?”
“Aku takut.”
“Takut? Apa yang kamu takut kan Sheil?”

Mendadak dia kembali memelukku, erat, sembari menangis tersedu-sedu. Aku tak mengerti ada apa sebenarnya yang terjadi. Kenapa tiba-tiba saja Sheila menangis?

“Rama..”
“Iya sayang, ada apa, ceritakanlah..”
“Nyanyi donk untuk aku..”

Nyanyi? Aneh, kenapa tiba-tiba saja dia menyuruhku untuk menyanyi? Ia lepaskan pelukannya lalu menarikku ke arah bangku panjang. Dia duduk disana dan menatapku dengan tatapan yang aku rasakan sedikit berbeda. Ada yang lain dengan raut wajahnya. Dia nampak pucat.

“Apa kamu sakit Sheila?”
“Tidak”
“Kok, tiba-tiba aja nyuruh aku nyanyi sih.. mukamu pucat lagi.. yakin kamu gak pa pa?”
“Nggak Ram, aku cuma pengen dengar kamu nyanyi..”
“Lagu apa?”
“Yang baru itu. Yang rencananya mau dipentasin di acara pensi nanti..”
“Oh, yang itu...”

Ku raih gitar bututku, lalu aku mulai mendentingkan dawainya mengiringi setiap bait alunan laguku. Sheila nampak senang, ia mulai terhanyut dan terbuai ke dalam bait laguku, hingga ia rebahkan kepalanya tepat di pundakku.

“Ram, bangun Ram, Rama, bangun donk..!”

Aku tersentak saat ada yang menguncang-guncang pundakku. Ku kedip-kedipkan mataku, terlihat Rido dan Iwan berdiri di hadapanku. Aku gak nyadar apakah aku barusan saja tertidur? Sheila? Mana Sheila? Aku clingukan ke kiri dan ke kanan.

“Nyari apaan Ram?” tanya Iwan.
“Sheila, Sheila dimana ya, bukannya tadi dia duduk disebelahku.” jawabku masih kebingungan.
“Kamu nyariin Sheila? Apa bener barusan Sheila disini?”
“Iya Wan, baru aja dia disini kok, bahkan kita juga nyanyi bareng barusan. Tapi kok...”

“Kamu yakin Ram?” tanya Rido.
“Kalian kenapa sih pada gak percaya sama aku.”
“Bukannya gitu Ram, kita berdua kesini nyariin kamu, karena kita mau ngasih kabar kalo Sheila baru saja meninggal tadi pagi di rumah sakit.”
“APAAAA?!!” teriakku, tak percaya dengan apa yang barusan Iwan katakan.
“Leukemia. Aku bahkan gak pernah tau kalo dia mengidap penyakit itu.” sambung Iwan.

Jadi, yang barusan saja bernyanyi denganku itu siapa? Dia mirip dengan Sheila. Tapi menurut Iwan dan Rido, Sheila meninggal tadi pagi. Ya, Tuhan..

Mendadak lututku terasa lemas. Aku gak bisa berdiri dengan tegak. Aku terduduk lesu. Sementara itu Iwan dan Rido mencoba menenangkanku. Menenangkan batinku. Tapi aku gak tau.. aku gak tau aku musti gimana...

“Ram, kamu melamun ya? Udah yuk, mending latihannya kita sudahin sampe sini dulu...”
“Eh Oh, iya udah, tapi nasib band kita gimana donk...?”
“Entahlah...”

Ya Tuhan, barusan saja aku melamun tentangmu. Aku teringat lagi semua tentangmu. Betapa aku teramat kehilanganmu. Apakah rasa kehilangan ini yang membuatmu selalu hadir di setiap aku bernyanyi? Apakah rasa kehilangan ini yang membuatmu selalu mengikutiku saat aku latihan bersama teman-temanku? Aku tau, aku mungkin belum merelakan kepergianmu.

Sheila, maafkanlah aku, mungkin semua ini karena rasa sayangku begitu besar padamu. Hingga aku masih mengharapkan kehadiranmu disisiku, selamanya.




"Tulisan ini diikutsertakan dalam 3 Years of Blogging Giveaway yang diselenggarakan oleh Penghuni 60"


9 komentar:

  1. wow, ternyata kamu jago jg ya sob bikin cerpen.
    sedih, haru, serem jg ada.. komplit bgt sampe pengorbanan cintanya jg ada. sip.
    untuk itu:

    ______________________________
    KAMU TERDAFTAR SOB

    makasih atas partisipasinya ya.
    ^_^

    BalasHapus
  2. kereeen.. aku dukung sob, semoga menang
    :)

    BalasHapus
  3. Saya Mengundang kamu untuk ikut lomba
    TOP KOMENTAR AWARD di blog saya.

    Buat para pemenang akan mandapatkan hadiah.
    http://www.pai-cube.com/2013/01/top-komentator-award-dari-pai-cube.html

    BalasHapus
  4. waouu ceritanya serem banget ya sob, aku jadi merinding juga membacanya....
    pokoknya cerita ini sangat bagus, semoga saja sukses dan menang sobat
    terima kasih sudah berbagi
    selamat ulang tahun ke 3 untuk penghuni 60
    salam sukses selalu

    BalasHapus
  5. hiii, aku jg merinding sob bacanya, padahal pagi2 gini

    smoga menang ya

    BalasHapus
  6. ohh ini ikutan lomba punya mas wawan ya..
    mantap. saya niatkan membacanya habis ini (sorry komen dulu baru baca). sebenarnya saya pengin ikutan, tapi ide cerita masih nol, hehe

    BalasHapus
  7. nah udah baca sekarang. cara bahasanya mirip mas wawan nih. pasti menang deh.

    BalasHapus
  8. wah mantep nih tulisannya, semoga sukses yah GA-nya sob:}

    BalasHapus
  9. ceritanya masih ngarepin cewenya yah bang ??
    bikin sedih jg ceritaya..

    BalasHapus


Disclaimer
We only help to search for mp3 files and song lyrics only, not to search for chord guitar, porn videos, hot pictures, nude pictures, sex stories, or other pornographic content.
Please, buy a cassette / CD original or a personal dial tone (NSP / RBT) to support the artist / singer / band in question to continue working.




Enter your email address:

Delivered by FeedBurner